Rabu, 04 Maret 2015

JAKARTA - BATAVIA

Dataran rendah kota Batavia lama
Lowland old city Batavia
1911
Lapangan Banteng, dahulu bernama Waterlooplein dalam bahasa Belanda plein = lapangan, yaitu suatu lapangan yang terletak di Weltevreden, Batavia; tidak jauh dari Gereja Katedral Jakarta. Pada masa itu, Lapangan Banteng lebih dikenal dengan sebutan Lapangan Singa karena di tengahnya terpancang tugu peringatan kemenangan pertempuran di Waterloo, dengan patung singa di atasnya. Pertempuran Waterloo tersebut terjadi tanggal 18 Juni 1815 di dekat kota Waterloo, yaitu sekitar 15 km ke arah selatan dari ibukota Belgia, Brussels. Pertempuran itu merupakan pertempuran terakhir Napoleon melawan pasukan gabungan antara Inggris Belanda dan Jerman. Pertempuran ini juga dicatat dalam sejarah sebagai penutup dari seratus hari sejak larinya Napoleon dari pengasingannya di pulau Elba.

Lapangan Banteng, formerly known as the Waterlooplein in Dutch plein = field or Lapangan, which is a field that is located in Weltevreden, Batavia; not far from Jakarta Cathedral. At that time, the Banteng better known as the Lion Square for a memorial in the middle glued victory in the battle of Waterloo, with a lion on it. Battle of Waterloo took place June 18, 1815 near the town of Waterloo, which is about 15 km to the south of the capital of Belgium, Brussels. The battle is the final battle between the combined armies of Napoleon against England Netherlands and Germany. This battle is also recorded in history as the closing of one hundred days since the flight of Napoleon from exile on Elba Island.


Unit militer berbaris dan korps musik dari KNIL di Waterlooplein Batavia (Lapangan Banteng, Jakarta, dalam parade 1908Military units and corps marching music of the Colonial Army in Waterlooplein of Batavia, in the 1908 parade

 



 
KNIL = Koninklijk Nederlands Indische Leger - Tentara Kerajaan Hindia Belanda

Walaupun KNIL melayani pemerintahan Hindia Belanda, banyak anggota-anggotanya yang adalah penduduk bumiputra di Hindia Belanda dan orang-orang Indo-Belanda, bukan orang-orang Belanda. Di antara mereka yang pernah menjadi anggota KNIL pada saat menjelang kemerdekaan adalah Mangkunegara VII, Sultan Hamid II, Oerip Soemohardjo, E. Kawilarang, A.H. Nasution, Gatot Soebroto dan T.B. Simatupang yang kelak memegang peranan penting dalam pengembangan dan kepemimpinan di dalam angkatan bersenjata Indonesia.


Unit artileri dari KNIL dengan senjata dari Waterlooplein ke Batavia dengan latar belakang katedral Katolik Roma dan monumen Pertempuran Waterloo 1905Artillery units of the Colonial Army with weapons of Waterlooplein te Batavia with background Roman Catholic cathedral and monument Battle of Waterloo in 1905



Dermaga dengan kapal dagang Kosmopoliet III 1865
Merchant ships dock with Cosmopolitan III 1865

Kuyper bertemu dengan kepala konstruksi untuk Sabrang 1865 

Musium Zoologi 1875

Tempat tinggal General Komandan
1875

Sungai di tengah Batavia dengan perahu tertambat

Kru dan petugas kapal uap Reijniersz Royal Packet Perusahaan NV Deli saat menuju Batavia pada tahun 1893The crew and officers steamer Reyniersz Royal Packet Company NV Deli moment to Batavia in 1893

Rumah Cina di Batavia pada tahun 1875 JakartaChinese home in Batavia in 1875 Jakarta 

Batavia Baru di Taman WilhelminaNew Batavia Wilhelmina Park
Taman Wilhelmina (sekarang dibangun Masjid Istiqlal) adalah salah satu taman yang dibangun pemerintah Belanda pada abad ke-19. Taman yang satu ini dikenal sebagai taman terluas yang pernah ada di Batavia, bahkan Taman modern terbesar di Asia kala itu. Lokasi taman ini berada di depan Gereja Katedral Jakarta, saat ini lokasi tersebut sudah menjadi Masjid Istiqlal.
Taman Wilhelmina dibangun atas prakarsa Gubernur Jenderal Van De Bosch tahun 1834. Selain berfungsi sebagai kebun sayur bagi para opsir Belanda diwilayah tersebut, taman Wilhelmina juga merupakan salah satu tempat tamasya favorite bagi para pembesar Kompeni, serta tuan tanah yang menetap di sekitar Weltevreden.

Wilhelmina Wilhelmina Park or Park is one of the park built the Dutch government in the 19th century. Park this one is known as the largest park ever in Batavia, even the most modern park in Asia at the time. The location of this park is located in front of the Jakarta Cathedral, the current location has become the Istiqlal Mosque.
Wilhelmina Park was built on the initiative of the Governor-General Van De Bosch in 1834. In addition to functioning as a vegetable garden for the Dutch officers in the region, Wilhelmina park also is one of the favorite outing for officials, and landlords who settled around Weltevreden.

Taman Wilhelmina, Batavia1898-1910


Dataran rendah kota Batavia lama
Lowland old city Batavia
1911

Tidak ada komentar:

Posting Komentar